Minggu, 11 Januari 2015

TUGAS TULISAN BEBAS 400 KARAKTER

TUGAS TULISAN BEBAS 400 KARAKTER
Mengenal Siapa Sesungguhnya "KING SULAIMAN AL-QONUNI"
(dalam perspektif sejarah Islam yang sesungguhnya) 
Menyikapi Film yang Tayang di ANTV



Assalamualaikum Wr. Wb.
Pada tulisan bebas ini, saya ingin menyikapi dan menceritakan kembali apa yang sudah ditayangkan dalam film serial yang ada di salah satu stasiun televisi swasta yaitu ANTV yang  bercerita tentang KING SULAIMAN AL-QONUNI yang mana terdapat banyak sekali kejanggalan yang ada di dalamnya dan melenceng dari sejarah Islam yang sesungguhnya terjadi pada masa itu.

Pada mulanya, saya pun juga belum mengetahui siapakah Sulaiman Al-Qonuni tersebut. tetapi, setelah saya mendengar dan membuktikan serta melihat dari beberapa sumber, seperti Internet, Video, Ceramah Ust. Felix Siau, dll. apa yang disampaikan dalam film tersebut sangat berbanding terbalik dengan sejarah yang sesungguhnya dan bahkan menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Pada serial film tersebut KIng Sulaiman digambarkan sebagai Raja yang sangat suka memainkan wanita dan suka berpesta serta bersenang senang belaka. Maka dari itu, kita sebagai umat muslim haruslah cerdas dalam memilih sebuah tontonan yang bisa jadi malah merusak pemahaman kita dan aqidah kita. 

Adapun yang saya ambil dari www.ar-rahmah.com dilansir bahwa dalam film tersebut terdapat 10 dosa besar yang menuai banyak kontroversi di kalangan para sejarawan muslim diantaranya:

Tugas Essay

TUGAS ESSAY
"Buruh, Pendidikan, dan Pers"




Sebuah kebetulan yang penuh makna ketika tanggal 1 Mei adalah Hari Buruh, lalu tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional dan tanggal 3 Mei sebagai Hari Kebebasan Pers. Tiga hari, yang jika ditelisik lebih jauh dalam sejarang negeri ini, akan semakin menyuburkan tanya: akan melangkah ke mana negeri ini.

Pada tanggal 1 Mei, buruh di seluruh belahan dunia menggelar berbagai aksi untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai buruh. UU Ketenagakerjaan hanya pro pengusaha, dan mengebiri hak-hak buruh. Pada satu hal, buruh masih dianggap sebagai budak. Dan ini adalah salah satu point penting yang diperjuangkan oleh para buruh di Indonesia. 

Indonesia, sebagai bekas negara kolonial, memiliki sejarah panjang dunia perburuhan, mulai perburuhan di perkebunan, dikirim ke luar negeri, hingga buruh-buruh paksa semasa penjajahan Jepang. Salah satu perspektif sejarah perburuhan, dikemukakan oleh M.H.Szekely-Lulofs(1899-1958) dalam sebuah karyanya berjudul Kuli. Meski ditulis dalam bentuk novel, tapi dunia buruh yang diangkat, yakni buruh (kuli) di perkebunan wilayah Sumatera, adalah sebuah sejarah yang benar-benar terjadi. Dalam tulisan tersebut tergambar jelas, bagaimana seorang buruh kehilangan kemanusiaannya. Mereka adalah orang-orang yang “terbeli”. Artinya, mereka tak lagi memiliki hidupnya, yang bergantung pada pengusaha sebagai pemilik kehidupannya. Dan bagaimana nasib buruh sekarang?

Review Film Pendidikan

REVIEW FILM
"TANAH SURGA... KATANYA"




Saya ingin bercerita dan mereview tentang salah satu film yang (menurut saya) merupakan salah satu film indonesia yang terbaik yang pernah saya tonton.

Tanah Surga.. Katanya.
Judulnya emang agak aneh, tapi bagi penggemar buku dan film pasti langsung bisa menerka apa sebenarnya pesan yang ada dibalik tiga kata dalam judul tersebut. Kekayaan indonesia, tak terawat, dan semacamnya. itu kesan pertama yang saya tangkap. Yap, ga salah kok.
“Apapun yang terjadi, jangan sampai kamu kehilangan rasa cinta pada negeri ini.” Demikian pesan Hasyim (Fuad Idris), mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia pada tahun 1965 yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, kepada cucu kesayangannya, Salman (Osa Aji Santoso). Melanglang jauh ke utara meninggalkan Pulau Jawa menuju perbatasan Indonesia dan Malaysia di sebuah perkampungan terpencil yang terbelakang di Kalimantan Barat, Tanah Surga... Katanya mengambil tempat. Terinspirasi dari lagu legendaris milik Koes Plus, ‘Kolam Susu’, film kedua dari sutradara penghasil Jagad X Code, Herwin Novianto, ini tak jauh berbeda dengan karya-karya Deddy Mizwar sebelumnya, sebuah satir terhadap situasi dan kondisi di tanah air tercinta, Indonesia. Ya, ini adalah film produksi Demi Gisela Citra Sinema milik Deddy Mizwar yang sebelumnya juga telah sentil sana-sini lewat Ketika, Nagabonar Jadi 2, Alangkah Lucunya Negeri Ini, dan Kentut. Sekalipun tak lagi berada di garda depan dan ditemani Musfar Yasin, beliau tetap melancarkan sindiran-sindiran yang menohok terhadap pemerintah serta memberikan penonton bahan untuk berkontemplasi.

Jumat, 09 Januari 2015

Tugas Resensi Buku

                                                     RESENSI Novel "Negeri 5 Menara"
                                                 (REVIEW BUKU, TUGAS MEDIA IT)
                                                    






Judul Buku                          : Negeri 5 Menara
Pengarang                           : Ahmad Fuadi
Penerbit                               : PT Gramedia Pusat Utama
Kota tempat terbit               : Jakarta
Tahun terbit                         : 2009
Tebal                                    : 424 halaman
Harga                                   : Rp 50.000,00

Novel best seller karya Ahmad Fuadi yang berjudul “Negeri 5 Menara” adalah novel motivasi yang berhasil membuat para pembacanya terkesima akan kisah menarik didalam pesantren modern. Novel ini merupakan novel pertama dari trilogi yang juga bercerita mengenai para pejuang mimpi dalam mewujudkan impiannya.

Dalam novel ini bercerita mengenai kehidupan dari seorang “Aku” yang bernama Alif Fikri. Seorang anak Minangkabau yang  memiliki keinginan besar untuk melanjutkan sekolahnya di SMA Bukittinggi. Namun keinginan itu tak dapat Alif wujudkan karena amaknya tak menyetujui dengan alasan kehidupan di SMA tidak bisa menunjang pengetahuan Alif akan dunia Islam. Pada awalnya Alif tidak menerima keputusan amak yang tak sejalan dengannya. Namun pada suatu hari Alif menerima surat dari pamannya yang bekerja di Mesir bernama Etek Gindo. Beliau menyarankan Alif untuk melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok pesantren di Jawa yang bernama Pondok Madani. Melalui pemikiran yang cukup lama, Alif-pun menyetujui saran dari Paman Etek Gindo, dan itu berarti Ia juga menyanggupi kemaun dari Amaknya untuk melanjutkan sekolah di sebuah Pondok Pesantren. Alif mengambil keputusan ini dikarenakan Ia tertarik akan kisah dari rekan pamannya di Mesir yang juga lulusan Pondok Madani, dimana mereka begitu fasih akan bahasa arab, bahasa inggris dan memiliki masa depan yang baik.

Akhirnya Alif-pun berangkat untuk mendaftar di Pondok Pesantren Madani bersama Ayahnya. Saat itu Alif sadar jikalau Ia masih dalam pikiran dan keputusan yang setengah-setengah. Dalam perjalanan menuju Pondok Madani, Alif berpikir Apakah Dia akan kuat dengan kehidupan pesantren yang katanya cukup berat? Seberapa lamakah Ia bisa bertahan?. Kegalauan masih setia mengunjungi otak dan hatinya ketika itu.

Sesampainya Di Pondok Madani. Alif mendaftarkan diri dan mengikuti serangkaian tes, hingga akhirnya Dia lolos seleksi dan diterima sebagai murid baru Pondok Madani. Selama perjalanan dan proses pengenalan awal Pondok Madani, Alif bertemu dengan 5 orang  murid baru lainnya,  yakni Said, Raja,  Atang, Dulmajid, dan Baso. Melalui pertemuan yang tak diduga dari proses perjalan menuju Pondok Madani, seleksi , hingga akhirnya menjadi murid resmi Pondok Madani membuat mereka menjadi sahabat yang erat, dimana mereka saling memberikan semangat dan saling mengisi akan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Ke-unikan yang ada didalam Pondok Madani membuat Alif melupakan rasa setengah hatinya akan Pondok Pesantren. Ia mulai percaya jikalau pilahannya untuk melanjutkan di Pondok Madani adalah pilihan yang benar. Hari demi hari yang dilaluinya di Pondok Madani benar-benar mengubahnya menjadi karakter yang lebih baik dari sebelumnya. Walaupun banyak peraturan yang wajib dilaksanakan, namun Pondok Madani memberikan banyak pelajaran padanya akan arti dari sebuah perjuangan, manfaat waktu, dan keajaiban akan impian. Bersama ke-5 sahabatnya yang lain, Alif selalu menyempatkan waktu untuk menatap awan dibawah menara masjid. Mereka membayangkan seolah-olah awan tersebut berbentuk sama dengan sebuah Negara impian mereka masing-masing. Berawal dari kebiasaan mereka membicarakan masadepan dibawah menara masjid Pondok Madani, mereka akhirnya memberikan julukan untuk persahabatan mereka dengan julukan Sahibul Menara. Sahabat Sahibul Menara adalah bagian kecil dari kelompok manusia yang berada dalam kepercayaan kuat akan keajaiban sebuah kalimat yang diucapkan oleh Kiyai Pondok Madani yang berbunyi “Man jaddah wa  jaddah” (siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil).

Kelebihan dari novel ini adalah dapat  menambah pengetahuan masyarakat mengenai kehidupan pesantren. Dengan adanya novel ini, penulis dapat menyampaikan gambaran nyata mengenai kehidupan pesantren modern yang mengajarkan bahkan mewajibkan para siswanya untuk memperdalam bahasa asing (bahasa inggris dan bahasa arab). Novel ini juga dapat memberikan motivasi kepada para pembaca melalui kalimat penyemangat yang ada didalamnya.

Kekurangan dari novel ini adalah, cerita dalam novel terkesan datar dengan konflik yang tidak terlalu nampak dalam alur cerita, sehingga pembaca merasa tidak tertantang dengan adanya konflik yang ada.

Buku ini sangat cocok untuk para remaja Indonesia yang ingin belajar bermimpi dan bagaimana cara mewujudkannya. Buku ini juga sangat cocok bagi semua kalangan masyarakat yang ingin mengetahui tentang kehidupan pesantren yang ternyata juga memiliki pengaruh besar akan pergerakan kualitas masyarakat terutama dalam hal pendidikannya melalui metode pembelajaran yang unik dan modern.

Novel ini manaruh sebuah pengharapan besar akan sebuah perjalanan penerus bangsa.  Diharapkan akan banyak remaja Indonesia sadar jikalau mereka haruslah bermimpi setinggi mungkin untuk dirinya sendiri dan bangsa yang besar ini. Bangsa ini menunggu hasil dari perjuangan penggapaian impian-impian para generasi mudanya. Jadi berjuanglah kalian para pemuda, bukan hanya untuk kesuksesan diri sendiri tapi juga  untuk kesuksesan Bangsa ini agar sanggup lari dari keterpurukan.

Resensi : M. Rizal Kurniawan (20120720167)